Pada 22 Juni
1941, Jerman dan sekutunya melancarkan serangan menuju Uni Soviet yang dikenal
dengan Operasi Barbarossa. Rencana Adolf Hitler untuk Operasi Barbarossa,
penaklukan Uni Soviet, tercantum dalam Direktif no 21 yang dikeluarkan pada 18
Desember 1940, yang menunjukkan Leningrad, Moskow dan Kiev sebagai objektif
militer utama Wehrmacht [1].
Lebih dari 3 juta
orang, terorganisasi dalam 146 divisi, dengan tambahan 14 divisi Romania di
selatan, dan pasukan Finlandia di utara, semuanya didukung dengan lebih dari 2.000 pesawat dan 3.350
tank perlahan bergerak menuju lokasi selama Juni [2].
Untuk mencapai
kemenangan kilat ini, Jerman berencana untuk menghancurkan sebagian besar
pasukan Soviet dalam seri pengepungan dekat perbatasan baru Soviet-Polandia
[3].
Setelah
dimulainya Operasi Barbarossa, Red Army
menderita sejumlah kekalahan telak di sepanjang wilayah perbatasan Soviet [4].
Peristiwa ini
merupakan awal dari Perang Patriotik Raya, dimana awal dari perjuangan dan
penderitaan rakyat Soviet.
Referensi
1. Glantz, D. M. (2003). “The Siege of Leningrad 1941-1944
900 Days of Terror”. London: Spellmount. Hal. 21
2. Overy, R. (2011). “Russia’s War”. Kentucky: The
University Press of Kentucky.
3. Glantz, D.M. dan J. House (1995). “When The Titans
Clashed How The Red Army Stopped Hitler”. University of Kansas. Hal. 30
4. Glantz, D. M. (2003). “The Siege of Leningrad 1941-1944
900 Days of Terror”. London: Spellmount. Hal. 21